Seperti Mimpi, Pagi Berangkat ke Semarang, Malam Sudah di Rumah Lagi

October 30, 2018


Seperti Mimpi, Pagi Berangkat ke Semarang, Malam Sudah di Rumah Lagi


Perjalanan kali ini memaksa saya bangun pagi-pagi sekali. Bagaimana tidak, tiket kereta mengharuskan saya sudah berada di stasiun Bumiayu sebelum jam 6 pagi. Sedangkan perjalanan dari rumah ke Bumiayu sekitar satu setengah jam. Maka begitulah, udara pagi yang dingin tetap bisa menembus kulit meski sudah dilapisi dua buah jaket.

Saya harus membonceng motor pada adik ipar, karena keluarga tidak mengijinkan saya pergi membawa motor sendiri.

Tapi semua berjalan baik. Saya tiba sepuluh menit sebelum kereta memasuki stasiun.

Saya duduk di kelas bisnis. Menurut pengalaman menaiki Kereta Api pada tahun 2007, di kelas ekonomi itu nggak asyik. Umpel-umpelan, banyak pedagang kaki lima, tidak semua kebagian kursi meski punya tiket.  Bahkan ada yang tidak bisa ikut lantaran tidak berhasil naik. Atas alasan itu, maka saya putuskan tidak mau naik ekonomi.

Eh tapi ternyata saya salah. Masa berganti, pelayanan di kereta api sudah berubah. Kelas ekonomi kini sudah berpendingin. Ada Ac-nya. Darimana saya tahu, dari teman yang sama-sama hendak ke semarang. Dia mengatai saya Bos Besar karena tidak bergabung dengan teman yang lain di ekonomi.

Lha saya mana tahu, mereka beli tiketnya rombongan, sedangkan saya disuruh beli sendiri. Iyaa, ini karena saya beli di Bumiayu, sedang mereka beli di Tegal.
Butuh waktu dua jam untuk sampai di Semarang. Jauh lebih cepat jika dibandingkan dengan perjalanan menggunakan Bus yang bisa lebih dari 5 jam. Kereta Api memang egois, mau menang sendiri. Setiap ia hendak lewat, yang lain harus berhenti.

Perjalanan diisi dengan obrolan hangat bersama teman sebangku yang ternyata orang Bandung.  Obrolan diselingi sarapan nasi ayam, dan segelas kopi hitam yang dipesan dari pelayan di kereta. Baru tahu saya ada kafe di kereta yang menjual kopi, jus, roti, nasi goreng, dan lain-lain. Betapa sudah lama saya tidak naik kereta. Haha, ini juga baru kali kedua. Bahkan orang rumah yang lain belum pernah naik kereta. Saya sudah dua kali dengan ini. Sebuah prestasi yang membanggakan bukan.

Sekitar setengah sembilan, kereta tiba di stasiun Poncol, Semarang. Seorang teman sudah memesan taksi online untuk membawa kami ke Solaria. Saya tidak tahu Solaria itu apa, dalam bayangan saya itu mungkin sebuah restoran mewah. Ketika teman-teman yang di Semarang meminta kami yang di Brebes untuk kumpul di Semarang, dan mereka mengusulkan Solaria, kami manut saja.



Acaranya hanya ngobrol, hmm diskusi lah bahasa kerennya, lalu makan, foto-foto, pulang. Kami akan kembali ke kampung halaman masing-masing dengan naik kereta jam 1 siang. Maka begitulah, kami harus terburu-buru supaya tiket yang sudah dibeli tidak hangus tak terpakai.

Perjalanan pulang saya naik kereta ekonomi karena tidak ada kelas bisnis di rangkaian gerbong kereta kali ini. Tak apalah, toh di kelas ekonomi pun tetap ada kafe yang menyediakan kopi hitam.

Teman sebangku dalam perjalanan pulang tak seramah tadi pagi. Orang ini lebih banyak tidur dengan suara dengkuran yang memekakkan telinga.

Luar bisa sungguh perjalanan kali ini. Seperti mimpi rasanya sudah tiba lagi di rumah setelah jalan-jalan di Solaria, Semarang. Saat mau daftar di Unnes dulu, kami naik travel habis isya, dan baru kembali dua hari berikutnya.  Luar biasa teknologi mempermudah urusan manusia.

Setelah perjalanan itu, saya langsung mengagendakan perjalanan seluruh anggota keluarga ke manalah naik kereta api. Perjalanan sambil mengenalkan anak-anak dengan kereta. Menurut saya, anak-anak pasti suka. Perjalanan yang hingga kini masih wacana dan belum terlaksana. Semoga segera, secepatnya.



You Might Also Like

0 comments

Popular Posts

Like us on Facebook

Flickr Images