Bencana Alam

October 28, 2018


Bencana Alam




Bencana alam yang ingin saya ceritakan ini terjadi di dekat rumah. Jaraknya kurang lebih 7 kilometer dari rumah saya. Masih 1 kecamatan, hanya berbeda desa.

Bencana terjadi di pagi hari. Waktu itu saya sendiri sudah berangkat ke sekolah. Kabar tentang adanya longsor di gunung lio begitu cepat tersebar. 

Di zaman serba online seperti sekarang, dimana siapa pun bisa menjadi wartawan dadakan, mengadakan siaran langsung dimana saja. Maka begitupun yang terjadi dengan kabar bencana alam ini.

Hanya butuh hitungan menit sampai siapa pun bisa melihat siarannya di medsos. 

Beberapa korban yang tertimbun longsoran dan sedang ditolong. Diangkat dari timbunan tanah merah. 

Ada pula siaran tentang keadaan longsor di desa pasirpanjang, sebagai terusan dari gunung lio.

Tanah yang berasal dari gunung lio terus bergerak seakan berlari, meloncat, menimbun orang-orang yang sedang menanam padi di sawah. 

Terlihat beberapa orang sibuk membantu para korban yang berhasil lolos dari timbunan tanah. Mereka nampak kotor penuh lumpur. Ada pula yang terlihat sedih, menangis.

Saya yang saat itu hanya bisa melihat dari layar hape, agak terkejut melihat tanah yang menghapar berwarna merah kecoklatan dan luasnya daerah yang terdampak. Terlebih saat melihat komentar orang-orang yang mengatakan bahwa banyak orang yang tertimbun.

Bencana sebesar ini, di daerah saya? Ini kenyataan apa bukan. Sungguh saat itu saya bingung. Ini beneran enggak?

Saya lumayan sering melewati daerah yang longsor tersebut. Daerah itu adalah jalur favorit semua warga di daerah saya untuk menuju ke pantura. 

Mobil, motor, melewati jalur itu dari pagi buta sampai tengah malam. Angkutan yang membawa hasil tani, anyaman bambu, atau buluh-buluh bambu, bahkan kayu dan getah pinus yang memang sangat banyak di sekitar daerah saya. 

Sebelumnya tidak pernah ada masalah apa pun hingga bencana alam itu datang. Mengguncang semua orang. Istri mencari suaminya. Suami saya berangkat jam 7 pagi tadi, lewat lio, sekarang ga bisa dihubungi.

Belum lagi kesaksian korban yang selamat.

"Di depan saya tadi ada 3 mobil pick up bawa orang sama anyaman. Ada juga 2 motor boncengan, ketimpa tanah semua. Ngga tau dimana itu orang-orang sekarang".

Sakit hati rasanya mengingat kejadian itu. Beberapa dari korban ada yang tetangga saya. Yaah, bagaimana pun mereka memang satu kecamatan juga dengan saya.

Ketika orang-orang bercerita
"Itu loh pak anu, yang sodaranya bu eta tea, rumahnya di situ. Ya Allah, saya kenal. Banyak dari mereka yang saya kenal.

Lalu siang harinya hujan turun. Lebat, sangat lebat. 

Pepohonan tumbang yang berasal dari hutan yang terbawa longsoran itu hanyut terbawa air. Tanah longsoran terbawa air. Masuk ke rumah-rumah penduduk di sekitar sungai. Banjir di mana-mana. Tanah masuk rumah. Desa yang belum pernah mengalami banjir, tiba-tiba air setinggi orang dewasa. Batang pohon dengan diamater lebih dari 1 meter menghantam apa saja yang ada di sekitar sungai.
Menghantam rumah, roboh.
Menghantam jembatan, rusak.
Akses jalan putus.
Lampu padam.
Orang-orang dicekam ketakutan.
Banyak yang kemudian memutuskan untuk mengungsi ke rumah sanak keluarga di lain desa.
Pun dengan mertua saya. Ibu Bapak dan adik-adik menginap di rumah saya. 

Saya yang saat itu tengah hamil muda dan mengalami morning sickness yang berlanjut hingga malam (hapaseh), masih merasa ini beneran ga sih?
Bencana sebesar ini di depan mata?

Lalu banyak tim SAR yang datang. Desa pasirpanjang dan pabuaran yang terdampak longsor itu tiba-tiba penuh dengan orang-orang. Entah dari mana saja mereka. Hampir semua rumah menjadi base camp tim SAR.

Mereka mencari korban yang tertimbun longsor. 

Beberapa ditemukan.

Beberapa belum ditemukan hingga sekarang.

Beberapa ditemukan dalam keadaan yang menyedihkan, tidak utuh... menetes air mata ini mengingat itu.

Ada pula rombongan jurnalis dari stasiun televisi. Lalu tiba-tiba berita tentang longsor di desa pasirpanjang kecamatan salem ada di berita-berita di televisi. Pak anu masuk tipi, bu eta sama suaminya yang korban selamat diwawancara di televisi.

Kenapalah daerahku masuk tipi dalam berita seperti ini. Kenapa bukan sesuatu yang membanggakan? 

Sedih rasanya.
Ada anak yang kehilangan ayahnya.
Ada pula yang kehilangan ayah, abang, bibi sama uwa-nya sekaligus.
Ada orang tua yang kehilangan anaknya.
Ada korban selamat yang harus mengalami operasi berkali-kali karena beberapa organ dalamnya bermasalah.

Ini kejadian bulan Februari 2017. 
Setelah itu jalur lio tidak bisa dilewati motor atau pun mobil. 

Semua warga kecamatan salem yang sebelumnya bisa tiba dalam 2 jam di kabupaten brebes, lalu kembali harus menempuh jalur memutar. Memakan waktu lebih kurang 5 jam.



You Might Also Like

0 comments

Popular Posts

Like us on Facebook

Flickr Images