Seperti Mimpi, Pagi Berangkat ke Semarang, Malam
Sudah di Rumah Lagi
Perjalanan kali ini memaksa saya bangun pagi-pagi
sekali. Bagaimana tidak, tiket kereta mengharuskan saya sudah berada di stasiun
Bumiayu sebelum jam 6 pagi. Sedangkan perjalanan dari rumah ke Bumiayu sekitar
satu setengah jam. Maka begitulah, udara pagi yang dingin tetap bisa menembus
kulit meski sudah dilapisi dua buah jaket.
Saya harus membonceng motor pada adik ipar, karena
keluarga tidak mengijinkan saya pergi membawa motor sendiri.
Tapi semua berjalan baik. Saya tiba sepuluh menit
sebelum kereta memasuki stasiun.
Saya duduk di kelas bisnis. Menurut pengalaman
menaiki Kereta Api pada tahun 2007, di kelas ekonomi itu nggak asyik.
Umpel-umpelan, banyak pedagang kaki lima, tidak semua kebagian kursi meski
punya tiket. Bahkan ada yang tidak bisa
ikut lantaran tidak berhasil naik. Atas alasan itu, maka saya putuskan tidak
mau naik ekonomi.
Eh tapi ternyata saya salah. Masa berganti,
pelayanan di kereta api sudah berubah. Kelas ekonomi kini sudah berpendingin.
Ada Ac-nya. Darimana saya tahu, dari teman yang sama-sama hendak ke semarang.
Dia mengatai saya Bos Besar karena tidak bergabung dengan teman yang lain di
ekonomi.
Lha saya mana tahu, mereka beli tiketnya rombongan,
sedangkan saya disuruh beli sendiri. Iyaa, ini karena saya beli di Bumiayu,
sedang mereka beli di Tegal.
Butuh waktu dua jam untuk sampai di Semarang. Jauh
lebih cepat jika dibandingkan dengan perjalanan menggunakan Bus yang bisa lebih
dari 5 jam. Kereta Api memang egois, mau menang sendiri. Setiap ia hendak
lewat, yang lain harus berhenti.
Perjalanan diisi dengan obrolan hangat bersama teman
sebangku yang ternyata orang Bandung.
Obrolan diselingi sarapan nasi ayam, dan segelas kopi hitam yang dipesan
dari pelayan di kereta. Baru tahu saya ada kafe di kereta yang menjual kopi,
jus, roti, nasi goreng, dan lain-lain. Betapa sudah lama saya tidak naik
kereta. Haha, ini juga baru kali kedua. Bahkan orang rumah yang lain belum
pernah naik kereta. Saya sudah dua kali dengan ini. Sebuah prestasi yang
membanggakan bukan.
Sekitar setengah sembilan, kereta tiba di stasiun
Poncol, Semarang. Seorang teman sudah memesan taksi online untuk membawa kami
ke Solaria. Saya tidak tahu Solaria itu apa, dalam bayangan saya itu mungkin
sebuah restoran mewah. Ketika teman-teman yang di Semarang meminta kami yang di
Brebes untuk kumpul di Semarang, dan mereka mengusulkan Solaria, kami manut
saja.
Acaranya hanya ngobrol, hmm diskusi lah bahasa
kerennya, lalu makan, foto-foto, pulang. Kami akan kembali ke kampung halaman
masing-masing dengan naik kereta jam 1 siang. Maka begitulah, kami harus
terburu-buru supaya tiket yang sudah dibeli tidak hangus tak terpakai.
Perjalanan pulang saya naik kereta ekonomi karena
tidak ada kelas bisnis di rangkaian gerbong kereta kali ini. Tak apalah, toh di
kelas ekonomi pun tetap ada kafe yang menyediakan kopi hitam.
Teman sebangku dalam perjalanan pulang tak seramah tadi pagi. Orang ini
lebih banyak tidur dengan suara dengkuran yang memekakkan telinga.
Luar bisa sungguh perjalanan kali ini. Seperti mimpi
rasanya sudah tiba lagi di rumah setelah jalan-jalan di Solaria, Semarang. Saat
mau daftar di Unnes dulu, kami naik travel habis isya, dan baru kembali dua
hari berikutnya. Luar biasa teknologi
mempermudah urusan manusia.
Setelah perjalanan itu, saya langsung mengagendakan
perjalanan seluruh anggota keluarga ke manalah naik kereta api. Perjalanan sambil
mengenalkan anak-anak dengan kereta. Menurut saya, anak-anak pasti suka. Perjalanan
yang hingga kini masih wacana dan belum terlaksana. Semoga segera, secepatnya.